-->

Syirik dan Perdukunan Masih Marak, Dimana Peran Negara?

Oleh : Citra Yanuary A. S., SS (Aliansi Penulis Rindu Islam)

Sungguh sebuah ironi, di negeri yang mayoritas muslim ini, kesyirikan masih marak. Bahkan di dunia maya chanel-chanel seperti ini bertebaran. Adu praktik ilmu ghaib, sampai penyembuhan dengan media gaib juga menjadi ajang yang juga dipertontonkan di dunia maya. Masa yang sudah modern pun seolah tidak bisa melepaskan diri dari anggapan tradisi mistis berbau syirik dari negeri ini. Padahal sebagai negeri dengan mayoritas muslim, praktik syirik ini sangat bertentangan dengan syariat Islam. 

Namun berkebalikan dari itu, dibongkarnya trik-trik perdukunan dengan kedok pengobatan oleh seorang Youtuber Pesulap merah atau Marchel Radhival, telah membuka banyak mata masyarakat. Mereka mulai mengetahui tentang adanya praktik-praktik pengobatan yang hanya tipu-tipu semata. Sayangnya, banyak pula praktik pengobatan yang bersembunyi dibalik kedok agama. 

Akibat dari peristiwa itu,ada dukun yang tersinggung dan membuat unggahan di social media mengenai adanya dukun bersertifikat. hal itu di unggah ulang oleh akun @fakta.indo yang menjelaskan alasan kenapa dukun bersertifikat itu meminta bantuan kekuatan. "Dukun bersertifikat meminta bantuan kekuatan gaib untuk melawan Marsel Radhival alias Pesulap Merah karena pernyataannya dinilai menghina dukun," jelasnya. Dukun tersebut juga dijelaskan memiliki sertifikat Majelis Brasjamusti (10/08/2022, suarakaltim.id). Dunia maya kembali heboh mengetahui adanya sertifikat perdukunan. Mereka mempertanyakan keabsahanya, tolok ukur kompetensinya, dan siapa saja yang memiliki kelayakan menerbitkanya. Lalu dimana peran Negara saat Dukun pun bersertifikasi?

Sekulerisasi Awal dari Kerusakan
Praktik syirik dan perdukunan memang dipercaya ada sejak dulu sebelum nusantara ini berdiri atau bahkan sebelum zaman jahilliyah. Seiring perkembangan zaman praktrik seperti ini masih tetap ada. Gelar ‘Orang Pintar’ biasa disematkan pada para dukun atau penasehat spiritual ini. Mereka ini dipercaya memiliki kemampuan khusus menyelesaikan masalah dengan bantuan hal gaib. Mulai kesembuhan penyakit, pemikat lawan jenis, mendatangkan penglaris usaha, kekayaan, kedudukan, memperlancar urusannya, sampai mengirimkan penyakit atau bencana pada oaring yang tidak disukai, adalah beberapa permintaan kepada para dukun.

Sebenarnya fenomena ini timbul karena pandangan sekuler yang melekat di masyarakat. Sekulerisme adalah pandangan untuk memisahkan kehidupan dunia dengan agama. Oleh karena itu dianggap wajar jika setiap orang punya hak asasi untuk memilih perbuatan yang dikehendaki, selama itu tidak merugikan orang lain. Tidak ada standar halal harom sebagai tolok ukur perbuatan mereka dalam kehidupan. Mereka tidak merasa takut dosa meskipun mereka memenuhi kebutuhan mereka dengan cara-cara harom, melanggar aturan syariat, atau bahkan menggadaikan akidahnya. Ini karena mereka merasa kehidupan di dunia ini adalah urusan manusia, tidak ada hubungannya dengan aturan agama mereka. Agama hanya dibatasi dalam ruang lingkup yang lebih kecil, yakni sebatas mengatur ibadah ritual semata. Maka memang tepat jika dikatakan bahwa sekulerisasi ini adalah awal dari segala kerusakann tatanan kehidupan sekarang ini. 

Syirik dan Perdukunan Merusak Akidah
Seperti itulah ketika sistem kapitalis sekuler diterapkan. Hal semacam ini tidak dianggap sebagai suatu perusakan akidah umat. Hal inilah yang membuat perilaku syirik dan perdukunan ini semakin marak dan semakin banyak peminatnya apalagi dalam kondisi sulitnya perekonomian dan mahalnya pengobatan. Aaplagi negara seolah memberi ruang dengan tidak adanya tindakan tegas melarang segala macam praktik perdukunan tersebut. Fenoma tersebut bahkan dianggap budaya masa lalu yang layak dilestarikan. 

Tindakan dari pemerintah hanya sebatas jika ada laporan bahwa masyarakat merasa terganggu atau bahkan dirugikan oleh praktik tersebut. Seperti kasus penggandaan uang Dimas kanjeng Taat Pribadi dari Probolinggo di tahun 2016 lalu, atau penutupan padepokan Gus Samsudin akibat terbongkarnya kebohonganya di media social. 

Padahal dalam Islam praktik perdukunan semacam ini termasuk perbuatan syirik yang terkategori dosa besar yang menyekutukan Allah. Karena dalam praktiknya mereka meminta pada selain Allah. 

“Sesungguhnya, orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga dan tempatnya ialah neraka; tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun.” (QS Al-Maidah: 72)

Nabi saw., beliau bersabda, "Jauhilah tujuh dosa yang membinasakan (al-muubiqaat)." Mereka berkata, "Wahai Rasulullah, apa saja dosa yang membinasakan tersebut?" Beliau bersabda, "(1) Syirik kepada Allah, (2) sihir, (3) membunuh jiwa yang haram untuk dibunuh kecuali jika lewat jalan yang benar, (4) memakan riba, (5) memakan harta anak yatim, (6) lari dari medan perang, (7) qadzaf (menuduh wanita mukmin yang baik-baik dengan tuduhan zina)." (HR Bukhari Muslim)

Maka sudah selayaknya perbuatan semacam ini dihentikan dan tidak diberi ruang, masyarakat juga perlu dipahamkan akan Pratik penyimpangan akidah ini. Segala aturan Islam itu berasal dari Allah SWT, maka selayaknya Syariat Islamlah yang dijadikan rujukan tolok ukur dalam penerapan system aturan kehidupan. 

Termasuk diantaranya bagaimana system Islam juga memandang Negara juga bertanggung jawab dalam menjaga akidah umat, mendidik umat memberikan pembinaan agar masyarakat paham agamanya. Sehingga sudah seharusnya Negara mengeluarkan aturan-aturan yang bersifat preventif yang melarang segala aktivitas yang mengantarkan pada penyimpangan akidah, baik itu praktik di dunia nyata maupun tayangan-tayangan di dunia maya. Di sisi lain, Negara seharusnya memberikan sanksi-sanksi yang tegas terhadap segala bentuk pelanggaran jika masih ada praktik-praktik semacam ini di tengah-tengah masyarakat, tidak hanya peringatan dan pembinaan. 

Demikianlah jika Negara menerapkan system Islam. Masyarakatnya terjaga akidahnya dan suasana keimannya. Mereka juga tidak akan diam saja dan ridho jika ada penyimpangan-penyimpan syariat di tengah-tengah umat. Mereka akan senantiasa terjaga dalam ketaatanya pada Allah. 

Wallahu’alam