-->

Momentum Ibadah Haji, Menjadi Refleksi Persatuan Umat Islam Bukanlah Ilusi


Oleh : Alimatul Mufida (Mahasiswi)

Ibadah haji menjadi kewajiban yang disyariatkan Allah melalui Ayah kita, Nabi Ibrahim AS yang diwariskan melalui putranya, Nabi Ismail, dan disempurnakan oleh Rasulullah Muhammad SAW. Pelaksanaan ibadah haji menjadi momentum berkumpulnya seluruh umat Islam dari seluruh penjuru dunia, dengan perbedaan status sosial, asal negara, warna kulit, tetapi dipersatukan oleh keimanan. Semua sama di hadapan Allah, tidak ada yang lebih maupun kurang satu sama lain. 

Momentum berkumpulnya seluruh manusia ini juga dijadikan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai sarana berdakwah, mengajak pada kebenaran atas kalimat laa ila ha illallah, tidak ada Tuhan selain Allah dan mengakui bahwa Nabi Muhammad sebagai utusan Allah. Saat berdakwah di Makkah, Rasulullah dan para sahabat senantiasa mengajak seluruh umat manusia pada kebenaran agama Islam pada musim haji. Hingga sampai pada peristiwa Baiat Aqabah I, pada tahun ke-11 kenabian, Rasulullah Muhammad SAW menawarkan diri kepada sekelompok suku Khazraj di ‘Aqabah (bukit) Mina. Mereka duduk bersama Rasulullah Muhammad SAW berdiskusi, bertanya terkait Islam, dan membacakan ayat al quran. Setelah banyak yang menerima Islam di Madinah, terjadilah Baiat Aqabah II, 75 orang berjanji untuk melindungi Nabi Muhammad seperti melindungi istri dan anak-anak mereka sendiri dan bersedia untuk menjadikan Rasulullah sebagai pemimpin mereka dan syariat Islam sebagai aturan dalam bernegara.

Pada saat itu perlawanan dari kaum musyrikin semakin keras terhadap kaum muslimin, mereka bahkan bersedia menyakiti dan membunuh bagi siapa saja yang mengikuti agama Muhammad. Hal ini menjadi salah satu pemicu Rasulullah SAW dan para sahabat segera berhijrah ke Madinah dan mendirikan Daulah Islam di Madinah. Dengan bersatunya kaum muslimin menjadikannya lebih solid dan kuat dalam menghadapi musuh. Rasulullah SAW dan para sahabat bahkan membentuk pasukan militer yang dapat melindungi kaum muslimin, menyebarkan agama islam, dan membebaskan wilayah-wilayah di sekitarnya dari kebodohan dan kejahiliyahan.

Berkaca pada keadaan saat ini dimana syariat Islam dan Daulah Islam belum diterapkan, kaum muslimin terpecah-belah bahkan ketiadaan satu kepemimpinan ini membuat kaum muslimin lemah hingga sampai pada titik tidak dapat berbuat lebih pada kasus genosida dan kependudukan di Palestina, terombang-ambingnya kaum muslimin Rohingya, penyiksaan dan penindasan saudara kita kaum muslimin di Uyghur, Pattani, Burma, dan di seluruh belahan dunia lainnya. Kaum muslimin berjumlah banyak yang konon jumlahnya seperti buih di lautan nampak lemah karena tersekat-sekat oleh batas nasionalisme. Kaum muslimin hanya bisa menyaksikan dengan perih dan tangis saat sesama saudaranya disiksa, dibunuh, dan dilecehkan. 

Kasus genosida dan kependudukan di Palestina dan segala bentuk penjajahan serta penindasan terhadap kaum muslimin harus dihentikan. Hal ini memerlukan pasukan militer dalam rangka melawan dan mengusir Zionis dan para sekutunya.

Oleh karenanya, di sinilah letak urgensi penerapan syariah dan Khilafah. Bersatunya seluruh kaum muslimin saat musim haji menjadi refleksi bahwa persatuan dan kesatuan umat adalah niscaya dan bukan sesuatu yang tidak mungkin. Sudah saatnya kaum muslimin di seluruh dunia untuk bersatu di bawah institusi kepemimpinan yang sama yaitu Khilafah Islam dalam rangka mengamalkan ajaran Islam seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad SAW saat mendirikan Daulah Islam pertama di Madinah.

Wallahu a'lam bish shawwab.