-->

Politik Kepentingan, Dimana Rakyat?

Oleh : Emmy Rina Subki

Pemilu yang akan dihelat masih sekitar 2 tahun lagi, namun aroma politik kepentingan sudah terasa. Baru baru ini muncul pernyataan dari Sekretaris Jendral Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Aboe bakar Al Habsyi pada KOMPAS.com mengatakan, bahwa PKS masih terbuka kepada siapa saja tokoh calon presiden (capres) untuk didukung Pilpres 2024. Menurut Aboe, PKS membantah jika dinilai orang cenderung mendukung Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai capres.

"PKS wait and see sampai sekarang. Kita tunggu sampai ada perkembangan yang menarik. Enggak (cenderung mendukung Anies) enggak ada, enggak ada," kata Aboe dalam wawancara yang dikutip dari YouTube Tribun Network, Senin (13/6/2022). Jelas pernyataan yang disampaikan beliau menunjukkan watak Demokrasi. Yang hanya berdasarkan asas manfaat dan kepentingan saja.

Sebuah partai politik dalam demokrasi cuma menjadi alat untuk meraih kekuasaan. Mereka akan mudah merubah arah atau mendukung calon yang dapat memberikan manfaat ke partainya. Dan tentunya dengan merubah arah dukungan nya terhadap calon presiden maupun wakil presiden yang maju pada pilpres nantinya, sudah dipastikan mudah merubah arah perjuangan nya. Dalam demokrasi tidak ada teman maupun lawan yang abadi yang ada siapa yang bisa memberi manfaat itulah teman.

Jadi wajar saja kalau nantinya dalam pemilihan presiden ataupun kepala daerah akan terjadi banyak kecurangan. Dan tentunya yang akan menjadi korban adalah rakyat yang hanya di manfaatkan untuk kepentingan mereka yang maju dalam perhelatan politik demokrasi. Karena tentunya pemimpin yang terpilih berdasarkan suara terbanyak bukan kebenaran. Sedangkan suara terbanyak yang katanya mewakili suara rakyat dapat dimanipulasi ataupun diperjualbelikan. 

Bukan untuk kepentingan , ataupun kesejahteraan rakyat. Hal ini menunjukkan tidak sedikitpun mempertimbangkan apa yang terbaik untuk rakyat. Jelas sudah betapa kotornya politik dalam sistem sekuler demokrasi. Yang menjauhkan peran agama dari kehidupan. Dalam demokrasi yang ada jelas - jelas bukan berdasarkan kepentingan rakyat, namun siapa yang punya uang, dalam hal ini kapitalis lah yang akan berkuasa.

Rakyat terus menerus akan selalu jadi korban dari sistem kehidupan sekuler demokrasi kapitalis ini. Karena jelas, sistem yang menjadikan asas manfaat, pastilah akan mencetak manusia kapitalis. Dalam demokrasi yang berasaskan manfaat, yang mengusung bebas berpendapat, bebas memilih, alias bebas berprilaku, dan bebas berkepemilikan, akan melahirkan politik kepentingan, halal haram hantam. 

Wajar saja kalau banyak pemimpin yang dipilih dalam sistem demokrasi ini akan memanfaatkan kekuasaan untuk kepentingan pribadi ataupun kelompok tertentu saja. Dan akhirnya terjerumus dalam lingkaran hitam demokrasi. Yaitu menjadi alat kapitalis untuk menguasai sebagian besar sumber daya alam negeri ini. Dan ujung ujungnya banyak juga pejabatnya yang masuk buih karena terlibat suap menyuap maupun korupsi. Tidak ada standar halal haram, kebenaran yang hakiki yaitu meraih mencari ridho Allah. Apalagi memikirkan hidup rakyat nya. 

Sangat berbeda dengan politik Islam, pemimpin yang dipilih dalam sistem Islam adalah orang yang fakih (paham agama), sangat takut dengan kekuasaan yang diamanahkan ke dirinya. Karena ia tahu bahwa Allah senantiasa mengawasi dirinya. Dan tentunya Allah akan meminta pertanggung jawaban tentang kekuasaan yang diraihnya. 

Politik kepentingan dan uang apalagi mengeluarkan kebijakan yang mendzalimi rakyatnya tidak akan pernah ada. Karena tugas pemimpin dalam Islam adalah mengurusi urusan rakyatnya dan mengajak rakyat untuk senantiasa taat menjalankan perintah Allah serta menjauhi larangan-nya, sehingga kesejahteraan, keadilan dan ridho Allah akan senantiasa didapat. 

Setiap pemimpin wajib menjelaskan perkara haram dan halal yang menyangkut ibadah dan muamalah mereka. Tugas serupa juga diemban oleh Rasulullah dan para khalifah penggantinya.

Selain menegakkan syiar agama, para pemimpin tersebut berkewajiban berbuat adil kepada seluruh elemen rakyat yang dipimpinnya. Namun hal ini, hanya dapat terwujud dalam sistem Islam yaitu penerapan hukum Islam secara total menyeluruh dalam seluruh aspek kehidupan. Sesuai dengan perintah Allah dalam surat Al Baqarah ayat:208.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ كَاۤفَّةً ۖوَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ

yang artinya : 

Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.

Wallahu a'lam bissawab.