-->

Terdampak Wabah, Rakyat Butuh Pemimpin Sejati

Oleh: Ratna Mufidah, SE

Penamabda.com - Sudah jatuh tertimpa tangga, begitulah nasib rakyat Indonesia dari kalangan menengah ke bawah. Bukan hanya tak bisa menjalankan isolasi mandiri di tengah wabah karena harus terus mengais rizki, efek pandemi korona lebih pahit lagi terasakan. Penurunan daya beli masyarakat, penurunan drastis kegiatan perekonomian, mengakibatkan jatuhnya perekonomian secara umum. Pabrik-pabrik serentak menurunkan atau bahkan menghentikan kegiatan produksi bahkan menutup usaha, sehingga mengakibatkan puluhan juta rakyat mengalami PHK. 

Selain pengangguran kian merajalela, banyak rakyat yang kemudian tidak mampu membayar kontrakan sebagai tempat tinggal, juga untuk kebutuhan makan sehari-hari. Kelaparan ditemui dimana-mana bahkan sampai mengakibatkan korban jiwa. 

Di saat seperti inilah, rakyat sangat membutuhkan periayahan atau pengurusan pemerintah. Pemerintah adalah pihak yang bertanggung-jawab terhadap kehidupan warganya, karena mereka dipilih dan diangkat untuk mengatur urusan-urusan rakyat. Serta memastikan rakyat tercukupi kebutuhan dasarnya; sandang, pangan dan papan.
Pemerintah sudah mengeluarkan program-program bantuan dalam rangka menopang kehidupan rakyat terdampak korona. 

Sayangnya, bantuan yang dijanjikan tersebut belum sepenuhnya mampu dan mencukupi kebutuan rakyat secara semaksimal. Berbagai masalah masih mengganjal dalam pelaksanaannya, dari masalah data sehingga tidak tepat sasaran, masalah keterlambatan penyaluran sampai birokrasi yang berbelit sampai pada masalah penyelewengan dari pejabat yang berwenang. 

Di kabupaten Klaten, Bupati Sri Mulyani menempel bansos dari Kemensos dengan fotonya. Warganet menyebut untuk kampanye polkada 2020. Di desa Telok Tangerang, penyaluran Bansos dicederai oleh beberapa oknum RT setempat yang memotong dana antara Rp 50 hingga Rp 100. Bahkan yang lebih ironi, ada keterlambatan penyaluran sembako gara-gara belum dicetaknya kantong tas atas nama presiden yang beranggaran 3M. 

Banyak pula beredar video-video pemimpin daerah baik itu bupati sampai kades yang bingung dengan rumitnya birokrasi pembagian bansos ini, sementara mereka sudah mengetahui banyak rakyat yang sudah kelaparan menunggu bantuan tersebut. Keluhan salah satu kades di daerah Bogor juga mengenai agenda “blusukan” presiden yang mereka anggap tumpeng tindih dengan tugas mereka.

Sungguh sangat disayangkan hal yang demikian. Padahal, amat berat pertanggung-jawaban di akhirat kelak bagi pemimpin yang kurang amanah terhadap pengurusan rakyatnya. Hal inilah yang amat disadari para pemimpin Islam dahulu yaitu para Khulafaur Rasyidin. 

Tak dapat terelakkan bahwa para sahabat Rasul adalah penerus Rasul dalam memimpin Negara dengan Islam, yaitu menjadikan akidah Islam sebagai landasan negara serta syariatnya sebagai hukum yang diterapkan untuk mengatur seluruh permasalahan baik dalam dan luar negeri.

Akhlak mereka sebagai pemimpin sangat luar biasa baik zuhud, wara’ maupun ketegasan dalam penjagaan Islam. Abu Bakar, Umar, Ustman dan Ali. Umar r.a. pernah berkata “Akulah sejelek-jelek kepala negara apabila aku kenyang sementara rakyatku kelaparan”. Saat musim paceklik, rakyat dilanda kelaparan, Umar berpidato di atas mimbar dengan perut keroncongan. Dia mengatakan kepada perutnya, "Hai, perut, walau engkau terus meronta-ronta, keroncongan, saya tetap tidak akan menyumpalmu dengan daging dan mentega sampai umat Muhammad merasa kenyang." 

Sebenarnya, tidak ada yang salah apabila terinspirasi oleh Rasul dan para sahabat baik secara akhlak maupun cara menjalankan pemerintahan. Yang tidak boleh adalah bila meneladaninya hanya ucapan semata, namun tindakan aslinya berfoya-foya, kebijakannya menguntungkan para kroni yang telah mendukungnya naik tampuk, namun menyengsarakan rakyat.